Kaltim Hadiri GCF-TF Pucalpa, Peru, Menjaga Komitmen Mengelola Hutan Berkelanjutan Tanpa Merusak

Nety     56x     Berita

PUCALPA, PERU - Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) terus menunjukkan eksistensinya bersama negara-negara di dunia dalam upaya penyelamatan bumi dan pelestarian lingkungan. Sebagai salah satu pemilik hutan tropis terbesar di dunia, Kaltim konsisten menjadi bagian Governor’s Climate and Forest - Task Force (GCF-TF). Sebuah kolaborasi 38 provinsi dan subnasional dari 10 negara di dunia yang memiliki konsen tinggi terhadap upaya menahan laju deforestrasi dan degradasi lahan, serta berkomitmen tinggi dalam pengembangan kadar emisi rendah.
Tahun ini, pertemuan GCF-TF digelar di Pucalpa, Ucayali, Peru. Delegasi Provinsi Kalimantan Timur dipimpin Asisten Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Setda Provinsi Kaltim Ujang Rachmad.
Rangkaian GCF-TF diawali dengan kunjungan lapangan diUcayali pada Kamis, 10 Oktober 2024.
Agenda GCF-TF di Peru tahun ini membahas konsep "New Forest Economy". Konsep ini menyoroti pentingnya keterpaduan antara masyarakat adat, industri dan pemerintah dalam pengelolaan hutan berkelanjutan.
“Kita ingin belajar bagaimana pengelolaan hutan secara berkelanjutan tanpa merusak hutan yang ada,” ujar Ujang Rachmad.
Kunjungan lapangan pertama menemui komunitas adat Asháninka San José de Yunuya. Mereka telah berpengalaman mengelola hutan secara legal seluas ±1.600 hektare.
Komunitas ini memanfaatkan buah aguaje (mauritia flexuosa) secara berkelanjutan tanpa merusak hutan. Walaupun tantangan seperti praktik penebangan pohon aguaje untuk panen masih ada.
Tetua Komunitas Adat setempat menjelaskan hutan dikelola secara legal agar pohon aguaje terpelihara secara berkelanjutan. Menariknya lagi, mereka juga terhubung dengan industri yang mengolah hasil buah mereka. Buah aguaje itu kemudian diolah menjadi minuman dan es krim.
Delegasi Kaltim juga bertemu Julia Satomi Hashiguchi yang merupakan pengelola perusahaan agroforesti Campodrim. Perusahaan ini memproses buah-buahan lokal seperti aguaje dan acerola menjadi produk bernilai tambah, seperti pulpa beku. Dalam prosesnya, Campodrim menggabungkan teknik pertanian tradisional dengan inovasi modern untuk menjaga kelestarian alam sembari mendukung ekonomi lokal.
Juli Satomi Hashiguchi menjelaskan hasil-hasil pertanian yang sebagian besar adalah buah-buahan yang berasal dari agroforestry. Buah-buah yang dibeli harus memenuhi standar pasar.
Tidak hanya di hulu, delegasi Kaltim juga berkesempatan mengamati rantai proses produksi di tingkat hilir dengan mengunjungi pabrik Super Frío, yang memproduksi es krim berbahan dasar buah lokal Amazon. Perusahaan ini telah beroperasi sejak 2006 dan menjadi model bagaimana sektor industri dapat berkontribusi pada pembangunan ekonomi regional tanpa mengabaikan kelestarian lingkungan.
“Kita berharap dapat mengadaptasi atau mengkolaborasi praktik-praktik berkelanjutan ini di Indonesia. Khususnya dalam mempertahankan komitmen dan konsistensi pengelolaan hutan berbasis masyarakat dan agroforestri yang selaras dengan visi pembangunan hijau di Provinsi Kalimantan Timur,” pungkas Ujang Rachmad.

Hari berikutnya, Jumat, 11 Oktober 2024, Delegasi Kaltim menghadiri Rapat Bisnis Governor’s Climate and Forest - Task Force. Dalam rapat tahunan tersebut, Gubernur Ucayalli, Mr Manuel Gambini Rupay membuka diskusi dengan menekankan perlunya sinergi internasional untuk menjaga hutan tropis dan mendukung ekonomi berbasis hutan.
Selanjutnya, Koordinator GCF-TF Indonesia Syahrina D Anggraini mewakili anggota regional GCF-TF Indonesia menegaskan provinsi-provinsi di Indonesia tetap berkomitmen menjaga hutan dan mengurangi emisi. Kolaborasi dengan berbagai pihak sangat penting, termasuk untuk memperoleh dukungan pendanaan yang bisa menutup celah-celah aksi yang belum terdanai.
Tidak ketinggalan Ujang Rachmad selaku pimpinan delegasi Kaltim ikut menyampaikan usulan penting terkait kriteria penerimaan anggota baru GCF-TF.
"Kita perlu memastikan provinsi baru memiliki komitmen yang jelas terhadap pengurangan deforestasi dan mendukung kebijakan GCF-TF, seperti Deklarasi Rio Blanco dan Ekonomi Hutan Baru," tegasnya.
Ujang juga menambahkan bahwa calon anggota harus mendapatkan rekomendasi dari dua provinsi anggota GCF-TF serta hadir setidaknya dua kali dalam pertemuan tahunan.
Rapat ini menyepakati pembahasan lebih lanjut tentang tata kelola termasuk penerimaan anggota baru pada pertemuan tahunan GCF-TF tahun 2025 di Acre, Brazil dan penerimaan 7 provinsi sebagai peninjau (observer). Selain itu disampaikan rencana pertemuan GCF-TF tahun 2026 yang direncanakan berlangsung di Papua, Indonesia. (sul/ky/adpimprov kaltim)

Bagikan Postingan ini :
26